Tokyo - Setelah menanti lebih dari tiga pekan, dua robot akhirnya memperoleh lampu hijau untuk memasuki reaktor nomor tiga di pembangkit listrik tenaga nuklir Daiichi, Fukushima, Jepang. Packbot, robot militer yang dikembangkan perusahaan iRobot dari Massachusetts, Amerika Serikat, terpilih sebagai robot pertama yang memasuki gedung reaktor yang hancur.
Para pekerja tak bisa memasuki bangunan reaktor itu sejak hari pertama sistem pendingin reaktor rusak karena gempa dan tsunami, 11 Maret lalu, yang menyebabkan lebih dari 27 ribu orang tewas atau hilang. Ledakan hidrogen di reaktor 1 dan 3 menghancurkan atap bangunan dan menyebarkan puing radioaktif.
Ahad lalu, dua unit Packbot memasuki bangunan reaktor setelah seorang pekerja membuka pintu terluar. Setelah pekerja itu menutup pintu, salah satu robot membuka pintu dan kedua robot yang mirip lampu drafting di atas kendaraan tank kecil itu menggelinding memasuki bangunan yang gelap gulita. Misi robot yang biasa digunakan untuk menjinakkan bom itu adalah mengukur temperatur, tekanan, dan tingkat radioaktivitas di bangunan tersebut.
Setelah melaksanakan tugasnya di gedung pertama, kedua robot pindah ke bangunan kedua. Kedua robot melaporkan tingkat radioaktivitas yang terbaca di Unit 1 mencapai 49 millisievert per jam dan 57 millisievert per jam di dalam Unit 3. Level radioaktivitas tersebut terlampau tinggi bagi para pekerja untuk memasuki gedung. "Lingkungan yang amat berbahaya bagi manusia untuk bekerja di dalamnya," kata Hidehiko Nishiyama dari Japan's Nuclear and Industrial Safety Agency.
Jepang telah melipatgandakan batas legal bagi pekerja nuklir sejak awal krisis hingga 250 millisievert setahun. Para pekerja di industri nuklir Amerika Serikat dibatasi hanya 50 millisievert per tahun. Dokter mengatakan, penyakit akibat radiasi dipicu radiasi 1.000 millisievert, dengan gejala mual dan muntah.
Robot yang biasa digunakan untuk menjinakkan bom itu juga mengeksplorasi Unit 2 pada hari berikutnya, tapi para pejabat Tokyo Electric Power Company (TEPCo) belum menganalisis data tersebut. Robot yang dikendalikan dari jarak jauh itu memungkinkan TEPCo mengambil gambar dan mengukur kondisi di dalam dan di sekitar pembangkit serta meminimalkan paparan radiasi terhadap para pekerjanya.
Tingkat radioaktivitas reaktor harus dikurangi dengan menyingkirkan puing yang terkontaminasi dan air tergenang sebelum para pekerja dapat memperbaiki reaktor tersebut. Robot yang lebih besar dapat membuang puing-puing bangunan, tapi pekerja manusia tetap dibutuhkan untuk mengetes integritas perlengkapan dan melaksanakan perbaikan instalasi listrik untuk memulihkan sistem pendingin. "Apa yang dapat dilakukan robot sangat terbatas, pada akhirnya manusia harus memasuki bangunan itu," kata Takeshi Makigami dari TEPCo.
Sebenarnya, ada beberapa robot lain yang menunggu kesempatan untuk mengambil alih tugas para pekerja nuklir Daiichi. Namun, masih belum jelas bagaimana robot-robot itu dapat menyumbangkan tenaganya
Pertengahan Maret lalu, TEPCo telah meminta bantuan sepasukan robot dari iRobot. Perusahaan Mitsui Engineering & Shipbuilding Co. Jepang juga telah mengirimkan robot pemantau bencananya, Moni-Robo. Robot bertangan satu ini dapat dikendalikan dari jarak 1 kilometer.
Perusahaan robotika lainnya, termasuk Inuktun Services dari Kanada, juga menawarkan robot pipanya. Masing-masing robot memiliki mobilitas tinggi dan mempunyai tangan mekanis yang bisa digunakan untuk mengangkat dan memindahkan objek.
Awal April lalu, QinetiQ North America juga mengumumkan rencana pengiriman robot Talon untuk membantu tim Jepang melakukan upaya pemulihan dari jarak yang aman. Robot itu dilengkapi dengan sensor pendeteksi kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan eksplosif (CBRNE), yang dapat mengidentifikasi lebih dari 7.500 zat kimia beracun, gas volatil, risiko radiasi dan eksplosif, serta indikator kualitas udara dan temperatur.
"Peran yang dapat dimainkan oleh robot amat bergantung pada prioritas darurat," kata William Whittaker, pakar robotika Carnegie Mellon University dan Direktur Field Robotics Center Robotics Institute di Pittsburgh. Robot dapat menangani material radioaktif atau membuang limbah hingga mengebor inti sampel untuk mengetahui seberapa dalam radiasi menembus dinding dan lantai fasilitas nuklir itu.
Selain dua Packbot, iRobot juga mendatangkan dua robot Warrior bersama enam insinyurnya pada pertengahan Maret lalu. Bila Packbot dilengkapi dengan sensor pendeteksi radioaktivitas, Warrior dimodifikasi untuk membawa selang pemadam kebakaran berdiameter 6,4 sentimeter untuk menyiramkan air. Tangan robot yang dapat melaju 12,9 kilogram itu bisa mengangkat objek hingga 100 kilogram. "Kami mengirimkan robot tanpa misi yang jelas untuk membantu sesuai kebutuhan, entah membawa air ke batang bahan bakar, memindahkan barang atau membersihkan fasilitas itu," kata Tim Trainer dari iRobot.
Sumber
http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2011/04/20/brk,20110420-328893,id.html